Shopee Liga 1 2020 telah berjalan tiga laga. Untuk sesaat, Persib Bandung kuat di pucuk klassemen dengan nilai prima, sembilan point.
Praktis Persib sukses tinggalkan kompetitornya yang sempat terganggu diawalnya musim. Diantaranya Arema FC. Team berjulukan Singo Gila ini malah terdampar di posisi 12 dengan tiga point.
Team garapan Mario Gomez sempat mengagetkan di minggu pertama. Mereka jadi salah satu team yang menang di pertandingan tandang awal musim.
Tetapi kemudian perform mereka melembek. Arema 2x ditekuk Persib Bandung serta PSIS Semarang. Seperti ada yang salah dengan perform Singo Gila.
Walau sebenarnya bila lihat statistik, Arema tetap kuasai ball possession saat alami dua kekalahan berturut-turut. Serta pelajari terus dikerjakan oleh pelatih Mario Gomez untuk menghidupkan teamnya.
Kebetulan sekarang persaingan Liga 1 interval. Tidak hanya sebab memang awalannya ada FIFA match day yang diurungkan karena virus corona. Tidak dapat dimungkiri ini menjadi momen team pelatih untuk lakukan analisis.
Di lain sisi, pemain diliburkan 5 hari. Tidak hanya memberi dukungan program pemerintah supaya menghindarkan kegiatan sesaat waktu, ini untuk memulihkan mental pemain dari dua kekalahan itu.
Berikut 4 unsur yang membuat Arema punyai start kurang bagus diawalnya musim.
Banyak Kesalahan
Semenjak diatasi Mario Gomez, Arema seolah tampil dengan ciri-ciri lama. Yaitu agresif serta keras. Memang kelihatan lebih bertenaga. Tetapi ada bagian jelek yang ada karena style bermain semacam itu.
Ialah banyak pelangaran. Sekarang Singo Gila telah memperoleh dua hukuman penalti saat menantang Persib Bandung. Kedua-duanya datang dari pelanggaran yang dikerjakan pemain belakang.
Disamping itu, banyak kartu yang telah dikantongi pemain. Telah ada 12 kartu kuning untuk pasukan Singo Gila. Dua salah satunya diperuntukkan untuk penyerang Jonathan Bauman di satu laga musuh PSIS Semarang.
Itu membuat bisa kartu merah serta harus mangkir di pertandingan setelah itu musuh Borneo FC 4 Maret 2020. Satu kerugian tentu saja. Sebab Bauman benar-benar diinginkan dapat mengusung perform Arema, khususnya di posisi depan.
Bek Kanan Jadi Spot Lumpuh
Manajemen Arema mengemukakan bila pelatih Mario Gomez sekarang masih cemas dengan bidang bek kanan. Belumlah ada pemain yang dapat membuat pelatih dari Argentina ini tenang.
Awalannya, Syaiful Indra Cahya yang menjadi pilihan penting. Tetapi bek asli Malang itu malah lakukan dua kekeliruan fatal di minggu ke-2 musuh Persib Bandung.
Dua kekeliruan itu berbuntut gol untuk Persib. Sekarang, Taufik Hidayat yang dicoba jadi alternatif. Tetapi, waktu musuh PSIS, bidang bek kanan masih seringkali digunakan musuh untuk menyobek gawang Arema. Gol Pertama PSIS berawal dari operan silang di bidang kanan pertahanan Arema.
Penyerang Asing Belum Kuat
Dilema sedang dirasakan Arema untuk bidang depan. Musim ini mereka punyai duet penyerang asing asal Argentina, Elias Alderete serta Jonathan Bauman.
Tetapi waktu kedua-duanya mangkir di minggu pertama, Arema malah sukses menang 2-0 di kandang Tira Persikabo. Sesudah Alderete serta Bauman bermain, Arema seolah kesusahan cetak gol.
Alderete memang memberi sumbangan satu gol musuh Persib. Tetapi itu datang dari sepakan penalti. Sesaat penyerang lokal Kushedya Hari Yudo yang borong dua gol musuh Tira Persikabo seolah belum padu dengan Bauman atau Aderete.
Ia kelihatan lebih garang saat dipasang dengan penyerang lokal, M. Rafli. Keadaan semacam ini sebetulnya telah kelihatan semenjak pramusim. Bauman serta Alderete kelihatannya perlu waktu untuk bersatu dengan permainan Singo Gila.
Imajinasi Pemain Kurang Tinggi
Saat posisi depan buntet, Arema tidak punyai pemain dengan kreativitas tinggi di posisi tengah. Tidak sama dengan musim kemarin. Waktu penyerang mandul, ada figur Makan Konate yang menjadi pemecah kebuntuan.
Sebab Konate memang dibebaskan untuk berkreatifitas dari posisi tengah. Sedang musim ini Arema tidak mainkan figur gelandang serang sebab menggunakan susunan penting 4-4-2.
Hendro Siswanto serta Oh In-Kyun punyai pekerjaan sama. Jadi breaker di posisi tengah. Bola banyak disalurkan ke lebar lapangan. Celakanya, Arema tidak punyai penyerang dengan postur tinggi untuk mengakhiri pola serangan melalui operan silang.